PENDAHULUAN
Seni merupakan istilah
yang identik dengan keindahan, kesenangan, dan rekreasi. Saat kita
mendengar kata seni maka yang mungkin
muncul dalam benak kita adalah suatu karya seni entah berupa benda, music,
bangunan, lukisan atau benda-benda indah lainnya yang dihasilkan oleh seorang
seniman yang tentunya sangat berbakat dan memiliki kreativitas yang tinggi. Dewasa
ini seni tidak hanya merupakan suatu karya yang hanya bisa dinikmati saja, akan
tetapi seni juga memiliki beberapa fungsi antara lain:
1.
Fungsi Religi / Keagamaan
2.
Fungsi Komunikasi
3.
Fungsi Rekreasi / Hiburan
4.
Fungsi Artistic
5.
Fungsi Guna, Dan ;
6.
Fungsi Terapi / Kesehatan
Berdasarkan berbagai
fungsi seni tersebut, seni mulai dikembangkan dan dimasukkan dalam bidang
pendidikan. Dengan berbagai guna / fungsi seni tersebut, seni dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, seni juga memberikan pengaruh penting terhadap
perkembangan mental maupun fisik peserta didik. Bahkan, dengan pendidikan seni,
perilaku peserta didik dapat terbentuk kearah yang lebih baik karena seni dapat mengenalkan nilai-nilai dan
norma-norma yang ada dalam masyarakat kepada peserta didik.
Dalam seni, setiap
orang dinilai memiliki kreatifitas dan kecerdasannya masing-masing. Seni dapat
memfasilitasi setiap orang untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas
berdasarkan kehendak masing-masing orang itu sendiri. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
bagaimana Pendidikan Seni menunjang atau
mempengaruhi kreativitas seseorang. Semoga dengan makalah ini, kita dapat
membentuk atau mengembangkan kreativitas seseorang dengan memanfaatkan
pendidikan seni.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Seni
Kehidupan budaya
manusia bersifat dinamik, terus berkembang dan berubah demi untuk mencapai
kesempurnaan dalam kehidupan. Sebagai komponen dari kebudayaan baik seni maupun
pendidikan mengalami pola perubahan yang sejalan dengan perkembangan pandangan
hidup masyarakat. Pada dasarnya, konsep pendidikan seni ada dua macam, yang
pertama yaitu konsep pendidikan seni yang berkaitan dengan aspek ekspresi
artistic dan kedua yaitu konsep pendidikan seni yang dikaitkan dengan tujuan
pendidikan.
Beberapa konsep
pendidikan seni yang pernah ada antara lain.
1.
Gerakan
Reform
Gerakan reform adalah usaha
pembaruan di bidang konsep pendidikan seni yang mengutamakan kebebasan ekspresi
sebagai cara untuk memberi peluang kepada anak didik mengembangkan kemampuan
yang ada pada dirinya. Gerakan ini bertujuan untuk mendewasakan anak didik
bukan hanya pada segi intelektualnya saja, akan tetapi menghendaki agar anak
belajar dari perbuatan aktif melalui kegiatan seni, maksudnya adalah anak dapat
belajar dengan baik dan mendapatkan “pelajaran” dari apa yang telah dialaminya
sendiri, bukan hanya melalui cerita, teori ataupun ceramah saja. Selain itu
untuk melatih kedua tangannya supaya supaya syaraf dari otak kanan dan otak
kiri terlatih dalam menjalankan fungsinya.
2.
Konsep
Pendidikan Seni untuk Apresiasi
Konsep ini dipelopori oleh Alfred
Lichtwart dan Konrad Lange, dengan pemikiran bahwa “persepsi” anak-anak kepada
seni dan keindahan perlu dekembangkan melalui penghayatan langsung, baik
melalui kegiatan menggambar maupun kegiatan observasi, dengan mengunjungi
obyek-obyek seni seperti museum, sanggar seniman, pameran dan lainnya.
3.
Konsep
Pendidikan Seni untuk Pembentukan Konsepsi
Konsep ini bermula dari pemikiran
bahwa “ menggambar adalah alat untuk mengungkapkan pikiran” yang dicetuskan
oleh Walter Sargent. Gambar adalah bahasa yang digunakan untuk melahirkan dan
mengembangkan ide-ide. Menggambar suatu obyek berarti menerjemahkan persepsi ke
dalam bahasa visual. Kegiatan menggambar merupakan kegiatan mental dan pikir
yang dapat membentik konsep. Konsep ini memandang seni pada proses kegiatannya
yang terkait dengan kemampuan kognitif.
4.
Konsep
Pendidikan Seni untuk Pertumbuhan Mental dan Kreatif
Menurut konsep ini, anak adalah
idealnya, sedangkan seni adalah sarananya. Maksud dari konsep ini adalah, bahwa
seni merupakan sarana bagi anak dalam proses pertumbuhan mental dan jiwa
kreatifnya.
5.
Konsep
Seni sebagai Keindahan
Konsep ini menyatakan bahwa seni
identik dengan keindahan. Hasil seni yang indah didapatkan dari benda-benda
yang terseleksi.
6.
Konsep
Seni sebagai Imitasi
Menurut konsep ini yang dimaksud
dengan kegiatan seni adalah kegiatan meniru alam, dan setiap hasil seni haruslah
tiruan dari bentuk alam.
7.
Konsep
Seni sebagai Hiburan yang Menyenangkan
Konsep ini berpendapat bahwa seni
haruslah sesuatu yang menyenangkan dan dapat menghibur pengamat. Suatu karya
disebut karya seni jika dapat dinikmati oleh pengamat dan pengamat dapat
menangkap makna atau mengerti pesan/ide penciptaannya.
Dalam pendidikan seni di sekolah dasar, konsep
pendidikan seni diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi keseimbangan
intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran dan kepekaan
emosi. Konsep ini mulai dikembangkan oleh Plato dalam tesisnya “ Art should be
The Basis of Education “. Konsep ini menempatkan seni sebagai materi, alat atau
media dan metode yang digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.
B.
Pengertian
Kreativitas
Semua orang tau
akan pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat. Di masa lampau, orang
yang kreatif ditemukan hanya jika mereka telah membuat suatu produk yang
orisinil. Padahal pengertian atau maksud dari kreativitas tidak hanya terbatas seperti
itu saja. Kreativitas aalah kemampuan sesorang untuk menghasilkan komposisi,
produk atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak ada
yang membuatnya. Ia dapat berupa kegiatan imajinatif atau sintesis pemikiran yang
hasilnya bukan hanya perangkuman, tetapi mencakup pembentukan pola baru dan
gabungan informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan
hubungan lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru.
Hasil dari sebuah kreativitas dapat berupa produk seni, kesusastraan, produk
ilmiah, atau mungkin bersifat procedural atau metodologis.
Unsur
karakteristik kreativitas, yaitu antara lain :
1.
Kreativitas merupakan proses, bukan
hasil.
2.
Proses itu mempunyai tujuan yang
mendatangkan keuntungan bagi orang itu sendiri atau kelompok sosialnya.
3.
Kreativitas mengarah pada penciptaan
sesuatu yang baru, berbeda dan karenanya unik bagi orang itu, baik berbentuk
lisan atau tulisan, maupun konkret atau abstrak.
4.
Kreativitas muncul dari pemikiran
divergen, lain halnya dengan konformitas atau pemecahan masalah sehari-hari
yang timbul dari pemikiran konvergen.
5.
Kreativitas merupakan suatu cara
berpikir yang tidak sama dengan kecerdasan, yang mencakup kemampuan mental
selain berpikir.
6.
Kemampuan untuk mencipta bergantung pada
pengetahuan yang diterima.
7.
Kreativitas merupakan bentuk imajinasi
yang dikendalikan yang menjurus kearah beberapa bentuk prestasi.
Pada umumnya,
kreativitas diartikan dengan daya atau kemampuan untuk mencipta, tetapi
sebenarnya kreativitas memiliki arti yang lebih yaitu meliputi :
1.
Kelancaran menanggapi suatu masalah, ide
atau materi.
2.
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam
setiap situasi.
3.
Memiliki keaslian atau selalu dapat
mengungkapkan sesuatu yang lain daripada yang lain.
4.
Mampu berpikir secara integral, bisa
menghubungkan yang satu dengan yang lain serta dapat membuat analisis yang
tepat.
C.
Kebutuhan
akan Kreativitas
Ditinjau dari
aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah terasa. misalnya
saja pada jaman tekhnologi saat ini. Kita menghadapi macam-macam tantangan baik
dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya dan social.
Peningkatan otomatisasi dalam perusahaan modern mempunyai dampak berkurangnya
tuntutan pemikiran yang konstruktif, pekerjaan pun menjadi lebih ringan
dan cepat selesai sehingga para pekerja
memiliki banyak waktu luang. Namun, banyaknya waktu luang ini tidak
dimanfaatkan dengan baik untuk penyaluran energy ke usaha atau ke kegiatan
kreatif, yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar orang adalah mereka
cenderung mengikuti hiburan secara pasif atau melakukan kegiatan kelompok yang
semuanya sudah ditentukan aturan mainnya. Bahkan dalam kehidupan pribadi dan
keluarga tampak kecenderungan kuat ke arah pensteroetipan (klise), seakan-akan
perilaku orisinil atau yang “lain
daripada yang lain” dirasakan sebagai sesuatu yang aneh dan bahkan berbahaya.
Kemajuan
teknologi dan ledakan penduduk yang disertai dengan berkurangnya persediaan
sumber-sumber alami di lain pihak, lebih-lebih lagi menuntut setiap orang untuk
dapat beradaptasi dengan memiliki pemikiran dan kemampuan yang kreatif serta
pemecahan yang imajinatif. Kesadaran akan pentingnya kreativitas dewasa ini
telah dirasakan oleh sebagian besar orang. Bahkan banyak perusahaan dan bahkan
departemen pemerintahan membutuhkan orang-orang yang meiliki potensi kreatif,
akan tetapi kebutuhan ini belum cukup dapat dilayani.
D.
Pembinaan
Kreativitas melalui Pendidikan Seni di Sekolah Dasar
Anak usia SD
merupakan masa keemasan berekspresi kreatif. Kadar kreativitas anak masih
sangat tinggi. anak dapat melakukan kegiatan berolah seni secara wajar dan
spontan, karena daya nalar anak belum sampai membatasi keleluasaan untuk
berkarya secara murni dan lugu. Ungkapan perasaan anak yang masih polos
memungkinkan mereka untuk berekspresi secara wajar dan penuh spontan sehingga
proses tersebut memiliki kebermaknaan bagi perkembangan mereka. Masa anak-anak
merupakan awal berkembangnya kreativitas. Kreativitas tampak di awal kehidupan
anak dan tampil dalam bentuk permainan. Seperti kita ketahui bahwa usia Sekolah
Dasar adalah usia bermain, kehidupan anak banyak dicurahkan untuk bermain.
Bermain adalah mencoret, mencoreng, berteriak, meloncat, bergerak dan lainnya. Kegiatan
bermain yang disenangi anak ini dapat diwujudkan dalam pendidikan seni baik itu
seni rupa, tari maupun music. Kegiatan-kegiatan inilah yang diarahkan kepada
pengembangan kreativitas.
Dengan demikian,
berekspresi seni secara kreatif pada anak dimanfaatkan untuk membina dan
mengembangkan kreativitas anak pada usia dini. Pendidikan merupakan usaha dalam
membantu anak mencapai kesuksesannya, demikian pula dengan pendidikan seni.
Karena itu, segala cabang dalam seni dapat digunakan sebagai media dalam bidang
pendidikan. Seni sebagai cara dan seni sebagai sarana. Seni sebagai
sarana/media pendidikan adalah konsep pendidikan seni yang sesuai bagi
anak-anak sekolah dasar. Sedangkan seni sebagai tujuan yang utama seringkali
diselenggarakan di sekolah-sekolah seni atau disanggar. Oleh sebab itu, untuk
pendidikan seni di sekolah dasar, guru tidak mengajarkan bagaimana untuk
menggambar, bagaimana untuk menari dan bagimana untuk menyanyi saja, tetapi
juga harus mengarah kepada pembinaan dan pengembangan kreativitas untuk
mengangkat bakat dan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Dalam
pendidikan seni, anak dibebaskan untuk mengekspresikan apa yang ada dalam
jiwanya baik itu melalui gambar, kegiatan menyanyi ataupun gerakan-gerakan
tari. Bebas berekspresi membuat anak dapat mengembangangkan apa yang ada dalam
dirinya, kreativitas anak untuk menciptakan sesuatu juga semakin berkembang.
Pada usia SD,
anak mengalami masa keingintahuan dan perkembangan kognitif, afektif maupun
psikomotor yang cepat. Perkembangan anak ini akan terhambat jika mereka
“dibunuh” rasa keingintahuan dan kreativitas mereka. Kreativitas anak pada masa
ini sangat beragam sesuai dengan tingkat kematangan dan perkembangan otak
mereka. Oleh karena itu, untuk menunjang perkembangan kreativitas anak agar
tumbuh optimal, pendidikan seni memegang peranan yang sangat penting yaitu
sebagai sarana yang dapat memfasilitasi anak dalam mengekspresikan pikiran dan
jiwa mereka. Tentu dengan bimbingan dan arahan dari guru, pendidikan seni
sangat membantu dalam meningkatkan dan mengoptimalisasikan perkembangan
kreativitas anak.
PENUTUP
Konsep pendidikan seni
di Sekolah Dasar diarahkan pada pembentukan sikap, sehingga terjadi
keseimbangan intelektual dan sensibilitas, rasional dan irasional, akal pikiran
dan kepekaan emosi. Karena pada masa usia Sekolah Dasar, perkembangan mental
dan fisik anak sedang dalam tahap maksimal sehingga untuk mengoptimalkan
kreativitasnya maka pendidikan seni merupakan salah satu cara yang tepat untuk
digunakan. Pada usia SD anak masih
memiliki kejujuran dan kepolosan dalam berekspresi dan mengembangkan
kreativitasnya. Oleh karena itu, pendidikan seni baik seni rupa, seni music,
seni tari maupun drama seharusnya dapat menjadi wadah atau sarana bagi anak
untuk mengembangkan dan menuangkan kreativitasnya. Kebutuhan akan kreativitas
bagi anak tidak hanya bagi kehidupan seninya saja tetapi juga dalam
kehidupannya sehari-hari, kreativitas memiliki peranan yang sangat penting.
Kreativitas bukan hanya
kemampuan untuk menciptakan tetapi lebih dari itu yaitu meliputi kemampuan
membaca situasi, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, kemampuan membuat
analisis yang tepat, serta kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang
lain dari pada yang lain. Maka dari itu, melalui pendidikan seni, anak dapat
melatih dan meningkatkan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan seni yang
sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tetapi kegiatan-kegiatan
seni yang dilakukan ini tetap menyenangkan bagi anak.
Daftar Pustaka
Herawati, Ida
Siti. Iriaji. 1998. Pendidikan Seni Rupa.
Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi.
Hurlock,
Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak
Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami.
2009. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar